Sampaikan Bukti Fakta
Saat kita berdiskusi dengan orang lain, dan menurut sudut pandang kita pendapat orang lain tersebut tidak sesuai menurut sudut pandang kita.

Maka sampaikan Bukti Fakta dan contoh Konkrit atau kutipan Kalimat yang bermasalah dan tidak di setujui tersebut, sehingga bisa dilakukan diskusi dan klarifikasi kasus perkasus... dan bukan langsung menuduh serta menganggap orang lain tersebut bersalah di dalam sudut pandang kita... dan kemudian menebar opini yang bisa jadi itu hanya Fitnah belaka. yg artinya kita menjadi ahli penebar fitnah... dan bukan penebar kebaikan serta manfaat...

Karena terkadang, sebuah kalimat mempunyai tafsir serta definisi yang berbeda bagi tiap orang. Dan hal ini sangat terkait erat dengan tingkat pendidikan, pengetahuan, pengalaman, serta latar belakang tradisi dan budaya yg berbeda...

So...
Utamakanlah bertemu pendapat dan bukan berbeda pendapat..
Utamakanlah Fakta dan bukan sekedar Opini Pribadi...
Utamakanlah untuk saling memahami dan bukan menumbuh suburkan ketidak fahaman yang membuahkan kesalahfahaman....

SATU KATA SERIBU MAKNA
Ketika saya mengatakan bahwa saya mempunyai meja yang bagus.... Apa yang terbayang di fikiran anda...?
✔ Meja Kayu berbentuk bulat.
✔ Meja antik.
✔ Meja model terbaru.
✔ Meja marmer.
✔ Meja Kantor.
✔ dll...

Yang jelas, apapun yang anda bayangkan. Tentulah itu semua bersumber dari memory di dalam fikiran anda mengenai sebuah meja yang bagus. dan apapun yang anda bayangkan, tentu itu bukanlah meja saya. Karena anda belum pernah melihat meja yang saya maksudkan.

People respond to their internal map, not to the reality itself.

Well, inilah keajaiban pikiran manusia, sekaligus keajaiban bahasa sebagai sebuah kode yang hampir tidak pernah kita lepaskan dalam kehidupan kita sehari-hari. Menggunakan istilah linguistik, ia adalah proses transderivational search atau biasa disingkat sebagai TDS alias sebuah proses pencarian ke ’dalam’ akibat sebuah stimulus yang diberikan kepada pikiran kita.

Sebuah stimulus, seperti apapun bentuknya, akan tetap memiliki efek untuk memicu pikiran kita mencari ingatan yang sesuai dengannya. Masalahnya, kita seringkali berperilaku berdasarkan respon terhadap ingatan yang ditemukan itu. Padahal, ingatan tersebut belum tentu tepat sama dengan apa yang dimaksudkan oleh lawan bicara kita.

Tidak percaya...?

Nih, saya tes lagi. Apa yang muncul jika saya berkata, ”Rumah saya adalah tempat yang amat nyaman untuk ditinggali”?

Meskipun Anda belum pernah berkunjung ke rumah saya, saya yakin pikiran Anda tetap akan memunculkan sebuah rumah yang nyaman untuk ditinggali. Nah, masalahnya, rumah siapa kah itu? Tanpa klarifikasi, kita pun mengobrol lebih lanjut tentang ’rumah’ tersebut dan berujung pada debat kusir tentang ’rumah yang nyaman’.

Nah... Bukankah Klarifikasi itu sangat penting...???